Selasa, 17 April 2012

tugas 5

Pengertian Kemiskinan
Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masakini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.
Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti Inggris dan Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di penghujung tahun 1700-an pada era kebangkitan revolusi industri yang muncul di Eropah. Pada masa itu kaum miskin di Inggris berasal dari tenaga-tenaga kerja pabrik yang sebelumnya sebagai petani yang mendapatkan upah rendah, sehingga kemampuan daya belinya juga rendah. Mereka umumnya tinggal di permukiman kumuh yang rawan terhadap penyakit sosial lainnya, seperti prostitusi, kriminalitas, pengangguran.
Amerika Serikat sebagai negara maju juga dihadapi masalah kemiskinan, terutama pada masa depresi dan resesi ekonomi tahun 1930-an. Pada tahun 1960-an Amerika Serikat tercatat sebagai negara adi daya dan terkaya di dunia. Sebagian besar penduduknya hidup dalam kecukupan. Bahkan Amerika Serikat telah banyak memberi bantuan kepada negara-negara lain. Namun, di balik keadaan itu tercatat sebanyak 32 juta orang atau seperenam dari jumlah penduduknya tergolong miskin.
Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya mempunyai 49,5 juta jiwa penduduk yang tergolong miskin (Survai Sosial Ekonomi Nasional / Susenas 1998). Jumlah penduduk miskin tersebut terdiri dari 17,6 juta jiwa di perkotaan dan 31,9 juta jiwa di perdesaan. Angka tersebut lebih dari dua kali lipat banyaknya dibanding angka tahun 1996 (sebelum krisis ekonomi) yang hanya mencatat jumlah penduduk miskin sebanyak 7,2 juta jiwa di Perkotaan dan 15,3 juta jiwa perdesaan. Akibat krisis jumlah penduduk miskin diperkirakan makin bertambah.
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan “buatan” terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan pembangunan yang melulu terfokus pada pertumbuhan ketimbang pemerataan.
Berbagai persoalan kemiskinan penduduk memang menarik untuk disimak dari berbagai aspek, sosial, ekonomi, psikologi dan politik. Aspek sosial terutama akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi. Aspek ekonomi akan tampak pada terbatasnya pemilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar rendah, tabungan nihil, lemah mengantisipasi peluang. Dari aspek psikologi terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas, dan rasa terisolir. Sedangkan, dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambil keputusan.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untak memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari fihak lain yang membantunya.
Lebih lanjut, garis kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum. Melalui pendekatan sosial masih sulit mengukur garis kemiskinan masyarakat, tetapi dari indikator ekonomi secara teoritis dapat dihitung dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendapatan, dan pengeluaran. Sementara ini yang dilakukan Biro Pusat Statistik (BPS) untuk menarik garis kemiskinan adalah pendekatan pengeluaran.
Menurut data BPS hasil Susenas pada akhir tahun 1998, garis kemiskinan penduduk perkotaan ditetapkan sebesar Rp. 96.959 per kapita per bulan dan penduduk miskin perdesaan sebesar Rp. 72.780 per kapita per bulan. Dengan perhitungan uang tersebut dapat dibelanjakan untuk memenuhi konsumsi setara dengan 2.100 kalori per kapita per hari, ditambah dengan pemenuhan kebutuhan pokok minimum lainnya, seperti sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi. Angka garis kemiskinan ini jauh sangat tinggi bila dibanding dengan angka tahun 1996 sebelum krisis ekonomi yang hanya sekitar Rp. 38.246 per kapita per bulan untuk penduduk perkotaan dan Rp. 27.413 bagi penduduk perdesaan.
Banyak pendapat di kalangan pakar ekonomi mengenai definisi dan klasifikasi kemiskinan ini. Dalam bukunya The Affluent Society, John Kenneth Galbraith melihat kemiskinan di Amerika Serikat terdiri dari tiga macam, yakni kemiskinan umum, kemiskinan kepulauan, dan kemiskinan kasus. Pakar ekonomi lainnya melihat secara global, yakni kemiskinan massal/kolektif, kemiskinan musiman (cyclical), dan kemiskinan individu.
Kemiskinan kolektif dapat terjadi pada suatu daerah atau negara yang mengalami kekurangan pangan. Kebodohan dan eksploitasi manusia dinilai sebagai penyebab keadaan itu. Kemiskinan musiman atau periodik dapat terjadi manakala daya beli masyarakat menurun atau rendah. Misalnya sebagaimana, sekarang terjadi di Indonesia. Sedangkan, kemiskinan individu dapat terjadi pada setiap orang, terutama kaum cacat fisik atau mental, anak-anak yatim, kelompok lanjut usia.



C. Strategi Untuk Mengurangi Kemiskinan

Berikut ini adalah enam strategi untuk mengurangi kemiskinan dengan pemanfaatan TIK berdasarkan kajian dari Bappenas dan relevansinya dengan apa yang telah dan sedang dilakukan Pemerintah Kota Denpasar dalam upaya mengurangi kemiskinan :

1. Meningkatkan partisipasi dan kesadaran masyarakat akan manfaat TIK
Saat ini, apresiasi masyarakat umum akan potensi TIK sebagai alat bantu untuk mengurangi kemiskinan masih sangat rendah. Kesadaran akan potensi TIK untuk penanggulangan kemiskinan harus ditingkatkan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Masing-masing stakeholders melaksanakan peran yang dapat dilakukannya. Lebih jauh, pendekatan ini diharapkan dapat menggugah kaum miskin itu sendiri agar mereka sadar akan eksistensi dan dapat merasakan manfaat/keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan TIK. Karena itu, membangun kesadaran dan meningkatkan partisipasi masyarakat akan manfaat TIK perlu dilakukan secara kolektif, simultan dan terus-menerus di setiap lapisan masyarakat.
Peningkatan kesadaran ini dilakukan melalui penyelenggaraan aktivitas seperti seminar, kampanye melalui media massa, focus group discussion, konsultasi partisipatif, dan lain-lain. Di tingkat masyarakat pengguna, peningkatan kesadaran ini dapat dilakukan melalui pertemuan dengan masyarakat desa (open community meeting) yang dilakukan sejak awal.
Pemerintah Kota Denpasar, dengan bekerja sama dengan pihak swasta dan perguruan tinggi terkait, telah menyelenggarakan seminar-seminar yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk berbagai bidang, seperti pendidikan, pertanian, perindustrian dan perdagangan.

2. Infomobilisasi
Infomobilisasi merupakan kumpulan kegiatan partisipatif yang memastikan agar TIK berdampak optimal dalam pembangunan komunitas tertentu. Infomobilisasi memberikan cara untuk merancang TIK dan sistem sosial secara berbarengan melalui proses partisipatif dan bertahap. Para perancang TIK dan kelompok-kelompok masyarakat sasarannya secara bersama-sama menentukan bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mengembangkan cara-cara baru bagi pencapaian tujuan-tujuan kelompok atau masyarakatnya. Hanya jika sumber-sumber internet menjadi alat yang berguna untuk mengubah kehidupan sehari-hari, maka TIK mencapai potensi optimalnya untuk pembangunan. Dengan telah terbangunnya infrastruktur jaringan cyber school, jaringan dinas kesehatan, jaringan perijinan dan jaringan kependudukan di Kota Denpasar sangat memungkinkan untuk mengoptimalkan kegiatan infomobilisasi ini.

3. Menyediakan akses informasi
Menyediakan akses bersama dalam bentuk komputer dan internet serta bentuk-bentuk TIK lainnya dalam suatu tempat yg disebut telecenter atau Community Access Point adalah media dan cara yang paling realistis untuk menjangkau kalangan masyarakat miskin. Salah satu tantangan terbesar telecenter adalah menyediakan informasi dan layanan yang relevan untuk masyarakat. Agar dapat berjalan berkesinambungan, masyarakat setempat harus dapat merasakan manfaat yang dapat ditarik dari telecenter. Manfaat ini secara ekonomis dapat dirasakan melalui peningkatan penghasilan atau mengurangi pengeluaran.
Dalam blueprint pengembangan e-government Pemerintah Kota Denpasar, tiap tahun diupayakan terbangun penambahan terminal akses informasi bagi masyarakat. Saat ini Dinas Pertanian sedang membangun infrastruktur jaringan internet ke beberapa pusat informasi pertanian. Diharapkan access point di pusat informasi pertanian ini dapat dimanfaatkan oleh para petani dan masyarakat disekitarnya, untuk meningkatkan produksi pertaniannya. Sedangkan tahun 2008 nanti, Dinas Koperasi akan membangun infrastruktur jaringan ke koperasi-koperasi yang ada di Kota Denpasar, sehingga diharapkan media akses informasi untuk masyarakat semakin banyak dan merata.

4. Mengembangkan SDM
Dalam konteks pengentasan kemiskinan, mengembangkan SDM merupakan program utama pembangunan. Dipercaya bahwa rendahnya inisiatif masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan dengan cara mereka sendiri adalah salah satu faktor penghambat pembangunan. Rendahnya inisiatif ini terjadi antara lain karena masyarakat tidak berdaya. Masyarakat akan lebih berdaya apabila mereka berhasil mengembangkan kemampuannya. TIK dapat memberikan sumbangan untuk mempercepat proses pengembangan kemampuan tersebut, baik itu proses pembelajaran formal maupun pelatihan. Dalam proses pembelajaran, teknologi informasi dapat berperan dalam proses pembelajaran jarak jauh. Proses pembelajaran jarak jauh juga dapat dimanfaatkan untuk proses pelatihan bagi berbagai kelompok masyarakat, misalnya usaha kecil dan menengah. Jaringan Cyber School yang telah terbangun juga menyediakan fasilitas elearning yang dapat dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dan pelatihan.

5. Membangun kepemimpinan yang menjadi tauladan
Upaya mengurangi kemiskinan dengan bantuan TIK akan berhasil jika di dorong oleh para pemimpin lokal baik formal maupun informal. Masyarakat pedesaan umumnya adalah masyarakat tradisional yang menempatkan tokoh pimpinan, baik formal maupun informal, sebagai panutan. Para pemimpin tersebut perlu diyakinkan akan efektivitas TIK dalam membidik sasaran-sasaran pembangunan yang ditetapkan. Membina pemuka masyarakat agar sadar TIK adalah yang salah satu langkah awal yang perlu dilakukan. Dengan demikian manfaat TIK dapat cepat disebarluaskan kepada masyarakat banyak melalui para pemuka masyarakat tersebut.

6. Kemitraan
Tentunya insiatif mengurangi kemiskinan dengan menggunakan TIK ini tidak dapat dilakukan tanpa kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait sesuai kompetensinya masing-masing. Penggalangan kemitraan adalah bagian penting dari program TIK dan dimaksudkan terutama untuk mendukung pengembangan kemampuan masyarakat

http://andist.wordpress.com/2008/03/21/pengertian-kemiskinan/

http://www.denpasarkota.go.id/main.php?act=i_opi&xid=51

Tidak ada komentar:

Posting Komentar